Dheg!! Membaca nama emailnya
membuat aq terperanjat. Hingga tempatku yang awalnya bersantai ditempat tidur
berubah duduk dilantai dan menghadap Lapi ini.
Pagi ini,, adalah pagi minggu yang
sangat santai untuk ku. Sehabis bangun dan kekamar mandi,, aq kembali lagi ke
tempat tidur dan membuka buka internet mengecek tiket dan membuka sebuah
jaringan social yang lagi beken saat ini. Permintaan pertemanan, q buka
permintaan tersebut, kulihat profile pribadi dan teman teman nya (takut kalau
ternyata yang meminta pertemanan itu adalah seorang psikopat maniak yang
berulang kali mencoba masuk ke jaringan socialku hingga akhir na mengehacknya
dan mengharuskan aku berganti nama, email dan profpict agar tidak bisa
ditemukan lagi), dan kuputuskan menerima pertemanan tersebut. Untuk memastikan lagi, ku buka info
pribadinya.. tiba tiba mataku tertuju pada sebuah alamat email. Dan jantung ku
seperti mengetuk kencang dan nafasku sedikit tertahan. Nama yang tertera itu..
sebuah nama yang sama seperti yang pernah di sodorkan kepadaku beberapa tahun
yang lalu. Dan dia. . . kuperiksa ulang wajahnya,, kuperiksa pekerjaan nya,
kuperiksa statusnya. Dan nafasku agak sedikit bernafas lega.. bukan dia,, bukan
Mengenang nama itu.. masih teringat
beberapa tahun yang lalu. Ketika aku yang entah masih semester berapa saat itu
kembali ke provinsi dimana aku dilahirkan untuk memperingati idul fitri bareng
kluarga tercinta (hanya pada saat momen ini aku bisa berkumpul bersama mereka
karena jarak yang cukup jauh)
Ied Fitri,, sudah pasti tentu..
ramai,,, banyak tamu berdatangan ke rumah,, dan ternyata ada sesuatu yang
berbeda saat itu yang tidak terbaca oleh ku (entah sejak kapan juga bisa baca
situasi dan kondisi). Sudah adat dan tradisi ketika seorang tamu datang,, kita
diharuskan bersalaman untuk menghormati sang tamu. Tak ada curiga sedikit pun
bahwa saat itu telah datang.
Hari pun kembali seperti biasa,,
ketika dalam perjalanan pulang dari rumah nenek ke rumah ku yang bejarak 2 jam,
ibuku berbicara, “ntar kalo ada telfon yang masuk dan ngomong dari bg yed,
bilang ya,.,”
Dengan santainya ku iyakan jawaban
itu. Karena pastinya ada perlunya pikirku. Hingga suatu hari, handphone ku berdering
dari sebuah nomor yang tak dikenal. Beberapa hari terakhir ini aq beberapa kali
menerima nomor tak dikenal, aku memaklumi ini karena aku adalah CP perkumpulan
paguyuban di tempat aku menuntut ilmu. Kali ini perbincangan berlangsung
lambat, berbasa basi. Karena ku tahu akhirnya bahwa sang penelfon adalah
saudara jauh dari kluargaku. Tentunya aq harus bersikap sopan bukan dengan
saudara sendiri?. Seperti pesan ibuku, ku sodorkan telfon itu ketika jawaban
dari pertanyaanku apakah ingin berbicara dengan ibuku di iyakan. Setelah itu,
telfon kembali kepadaku. Sedikit berbasa basi lagi. Tapi jujur, aq memang belum
pernah kenal dengan orang ini (karena aku paling jarang terlibat dengan semua
kluarga disetiap acara, dari dulu aku telah berada jauh dari setiap kesempatan
itu).
Untuk beberapa hari, kami jadi sering mengobrol (yang kutau akhirnya bahwa berat sekali baginya untuk melakukan pekerjaan itu dengan rasa terpaksa.. sungguh sedih sekali dia) walaupun sebentar dan masih terlalu banyak basi basi. tak terlalu cocok. Sampai akhirnya kita bertemu secara tidak sengaja di sebuah travel agent ketika aq hendak memesan ticket kembali ke kota pelajarku. Tentu saja disini perbincangan berlangsung singkat sekali. Hanya sekedar berjabat tangan dan say hello kemudian pulang karena hari sudah sore saat itu.
Tapiii… yang namanya ibuk ibuk tuh yaa… teteeeuupp.. aq di
suruh nemenin lagi, karna mau masak.
Abis kunjungan itu, ada beberapa
telfon dengan no nya untukku. Walaupun aku seorang yang tomboy, tapi aku masih
seorang cewek yang bertata krama dan tidak gampang membuang teman. Telfon nya
masih ku angkat, dan kita masih berbica beberapa kali (betapa sulitnya situasi
ini baginya saat itu,, sungguh aku bersedih kepadamu wahai temanku.. ). Sampai
akhirnya dia menawarkan ingin mengantarkanku ke bandara di hari
keberangkatanku. Tentu saja hal ini ku jawab secara tegas “ kalau mau ikut
nganter gak papa, pi aq gak bisa berangkat bareng kamu” (karena bagiku, saat
saat keberangkatan itu saat2 sakral yang dihabiskan bareng kluarga. Kalau mau
nimbrung boleh,, tapi tidak sampai membuat mereka tidak datang mengantarku.
Masih teringat saat aku hampir tidak diantarkan ibuku ke bandara, aku sekuat
tenaga menahan tangis agar tidak jatuh saat memasuki mobil. Untungnya ayahku
pengertian banget.. maksa ibuku supaya nganter,, akhirnya aq dianter oleh kedua
orangtuaku juga,.,. )
Aku telah menepati janjiku
mengabarkan nya setelah aku tiba di kotaku, kemudian, aq dan dia seperti tidak
pernah berkenalan hingga saat ini. Bukan aku,,
kubiarkan semua mengendap.
Seorang abang yang dari kecil dekat
denganku yang kuanggap abang ku, menanyakan perihal itu kepadaku, ku jawab.
“ adek mu ini cewek bang,,, gak sama kek abang. Adek mu udah cukup dianggap tidak sopan dan tidak bertata karma karna dianggap menggunakan bahasa cowok. Jadi kalok emang gak ada aksi dari pihak sana, mengapa lah kita harus bereaksi? “
“mungkin dia sungkan” kata abang ku di sebrang sana
“ sesungkan sungkan nya cowok, apa tidak bisa membedakan mana sungkan dan mana yang harus dia lakukan? Adek rasa yang kak ipah lakukan dulu juga gini kan ke abang?”
Abangku sedikit menceritakan masa masanya bertemu pertama
kali dengan istrinya kini. Antara
sungkan nya seorang lelaki dan keharusan bertindak duluan sebagai penentu sikap
setelah perkenalan. “tapi jangan menganggap musuh dan seolah tidak pernah
berhubungan sebelumnya dengan orang yang
gak berkenan dihatimu dek,, ingat bagaimanapun, dia dan mereka adalah saudara
jauh kita..” pesannya
“abang masih tidak mengerti kah sama sikap adek mu yang satu
ini..?”
“’abang Cuma ngingetin dek,, mana tau udah berubah skarang
sikap nya..” candanya,,
Dan sejak saat itu, no telfonnya hanya sebagai pelengkap
phonebook hapeq. Ketika kegiatan2 tertentu saja seperti ied n ramadhan no itu
terkirim pesan.
Yang pasti sampai saat ini aku tidak pernah mendapatkan
massage or telfon dari nama itu yang ditujukan kepadaku.
Akhirnya aku mengerti perasaannya saat itu, aku turut
bersedih kepadamu wahai kenalanku. Betapa posisimu begitu susah dan menderita,
dihantui dilemma dan kesedihan yang mendalam.. rasa bersalah 2 sisi yang engkau
emban sendiri. Tapi aku turut bahagia.. kini engkau telah mendapatkan apa yang
engkau inginkan.. menikah dengan wanita pilihan mu sendiri. J semoga menjadi
keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah. Andai engkau berterus terang saat
itu, tidak perlu terjadi kesalahpahaman diantara kita. J
*búngÖng pădé*
Surabaya, 21 agustus 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong Tinggalkan pesan ya, , :)