Minggu, 21 Agustus 2011

DIA DENGAN NAMA YANG SAMA


Dheg!! Membaca nama emailnya membuat aq terperanjat. Hingga tempatku yang awalnya bersantai ditempat tidur berubah duduk dilantai dan menghadap Lapi ini.
Pagi ini,, adalah pagi minggu yang sangat santai untuk ku. Sehabis bangun dan kekamar mandi,, aq kembali lagi ke tempat tidur dan membuka buka internet mengecek tiket dan membuka sebuah jaringan social yang lagi beken saat ini. Permintaan pertemanan, q buka permintaan tersebut, kulihat profile pribadi dan teman teman nya (takut kalau ternyata yang meminta pertemanan itu adalah seorang psikopat maniak yang berulang kali mencoba masuk ke jaringan socialku hingga akhir na mengehacknya dan mengharuskan aku berganti nama, email dan profpict agar tidak bisa ditemukan lagi), dan kuputuskan menerima pertemanan tersebut.  Untuk memastikan lagi, ku buka info pribadinya.. tiba tiba mataku tertuju pada sebuah alamat email. Dan jantung ku seperti mengetuk kencang dan nafasku sedikit tertahan. Nama yang tertera itu.. sebuah nama yang sama seperti yang pernah di sodorkan kepadaku beberapa tahun yang lalu. Dan dia. . . kuperiksa ulang wajahnya,, kuperiksa pekerjaan nya, kuperiksa statusnya. Dan nafasku agak sedikit bernafas lega.. bukan dia,,  bukan
Mengenang nama itu.. masih teringat beberapa tahun yang lalu. Ketika aku yang entah masih semester berapa saat itu kembali ke provinsi dimana aku dilahirkan untuk memperingati idul fitri bareng kluarga tercinta (hanya pada saat momen ini aku bisa berkumpul bersama mereka karena jarak yang cukup jauh)
Ied Fitri,, sudah pasti tentu.. ramai,,, banyak tamu berdatangan ke rumah,, dan ternyata ada sesuatu yang berbeda saat itu yang tidak terbaca oleh ku (entah sejak kapan juga bisa baca situasi dan kondisi). Sudah adat dan tradisi ketika seorang tamu datang,, kita diharuskan bersalaman untuk menghormati sang tamu. Tak ada curiga sedikit pun bahwa saat itu telah datang.
Hari pun kembali seperti biasa,, ketika dalam perjalanan pulang dari rumah nenek ke rumah ku yang bejarak 2 jam, ibuku berbicara, “ntar kalo ada telfon yang masuk dan ngomong dari bg yed, bilang ya,.,”
Dengan santainya ku iyakan jawaban itu. Karena pastinya ada perlunya pikirku. Hingga suatu hari, handphone ku berdering dari sebuah nomor yang tak dikenal. Beberapa hari terakhir ini aq beberapa kali menerima nomor tak dikenal, aku memaklumi ini karena aku adalah CP perkumpulan paguyuban di tempat aku menuntut ilmu. Kali ini perbincangan berlangsung lambat, berbasa basi. Karena ku tahu akhirnya bahwa sang penelfon adalah saudara jauh dari kluargaku. Tentunya aq harus bersikap sopan bukan dengan saudara sendiri?. Seperti pesan ibuku, ku sodorkan telfon itu ketika jawaban dari pertanyaanku apakah ingin berbicara dengan ibuku di iyakan. Setelah itu, telfon kembali kepadaku. Sedikit berbasa basi lagi. Tapi jujur, aq memang belum pernah kenal dengan orang ini (karena aku paling jarang terlibat dengan semua kluarga disetiap acara, dari dulu aku telah berada jauh dari setiap kesempatan itu).


Untuk beberapa hari, kami jadi sering mengobrol (yang kutau akhirnya bahwa berat sekali baginya untuk melakukan pekerjaan itu dengan rasa terpaksa.. sungguh sedih sekali dia) walaupun sebentar dan masih terlalu banyak basi basi. tak terlalu cocok. Sampai akhirnya kita bertemu secara tidak sengaja di sebuah travel agent ketika aq hendak memesan ticket kembali ke kota pelajarku.  Tentu saja disini perbincangan berlangsung singkat sekali. Hanya sekedar berjabat tangan dan say hello kemudian pulang karena hari sudah sore saat itu.

Entah sore kapan, dy datang kerumah menepati janjinya kepada dirinya sendiri (atau kepada kedua orang tuanya? I don’t know).  Disini, aq mulai mengerti,, bahwa ada maksud tertentu antara orang tuanya dan orang tuaku. Kubiarkan sajalah, tidak salah mencoba menjadi good girl for my parents. Tetapi ternyata kita mempunyai cara pandang yang bersebrangan. Jauuuh,. gaya bicaraku berkali kali di kritik olehnya (memang sejak di telfon dia pernah beberapa kali mengkritik gaya bicaraku yang dianggap tidak pantas untuk seorang wanita “terpandang dan berketurunan”. Tapi,, apakah baik jika aku berubah jadi sekalem putri dan selembut sutra? Dengan kata kata manis bagai gula tapi bukan diriku? Sedangkan di balik nya aku berbalik 180o dari mukanya?).i’m not enjoyable to him. Aku malah lebih sering berbicara dengan temannya dibanding dirinya. Kubiarkan dia memperhatikan saja. Karna dianggapan ku, gayanya terdengar sombong. Dy mulai membanding bandingkan entah apa yang tidak perlu (“seragam dharma wanitanya lebih bagusan seragam dharma wanita kami"---- > karena dy memang udah bekerja. N soon n soon  *lucu juga mengingat kejadian ini. How childish we are . . :P ). Akhirnya ku tinggalkan dia bersama ibuku, , biarlah bercakap cakap saja. Aku telah mengalah untuk tidak bermanis manis lagi. Karna entah mengapa sedikit menyebalkan bagiku.
 
Tapiii… yang namanya ibuk ibuk tuh yaa… teteeeuupp.. aq di suruh nemenin lagi, karna mau masak.
Abis kunjungan itu, ada beberapa telfon dengan no nya untukku. Walaupun aku seorang yang tomboy, tapi aku masih seorang cewek yang bertata krama dan tidak gampang membuang teman. Telfon nya masih ku angkat, dan kita masih berbica beberapa kali (betapa sulitnya situasi ini baginya saat itu,, sungguh aku bersedih kepadamu wahai temanku.. ). Sampai akhirnya dia menawarkan ingin mengantarkanku ke bandara di hari keberangkatanku. Tentu saja hal ini ku jawab secara tegas “ kalau mau ikut nganter gak papa, pi aq gak bisa berangkat bareng kamu” (karena bagiku, saat saat keberangkatan itu saat2 sakral yang dihabiskan bareng kluarga. Kalau mau nimbrung boleh,, tapi tidak sampai membuat mereka tidak datang mengantarku. Masih teringat saat aku hampir tidak diantarkan ibuku ke bandara, aku sekuat tenaga menahan tangis agar tidak jatuh saat memasuki mobil. Untungnya ayahku pengertian banget.. maksa ibuku supaya nganter,, akhirnya aq dianter oleh kedua orangtuaku juga,.,. )

Aku telah menepati janjiku mengabarkan nya setelah aku tiba di kotaku, kemudian, aq dan dia seperti tidak pernah berkenalan hingga saat ini. Bukan aku,,  kubiarkan semua mengendap.

Seorang abang yang dari kecil dekat denganku yang kuanggap abang ku, menanyakan perihal itu kepadaku, ku jawab.
“ adek mu ini cewek bang,,, gak sama kek abang. Adek mu udah cukup dianggap tidak sopan dan tidak bertata karma karna dianggap menggunakan bahasa cowok. Jadi kalok emang gak ada aksi dari pihak sana, mengapa lah kita harus bereaksi? “
“mungkin dia sungkan” kata abang ku di sebrang sana
“ sesungkan sungkan nya cowok, apa tidak bisa membedakan mana sungkan dan mana yang harus dia lakukan? Adek rasa yang kak ipah lakukan dulu juga gini kan ke abang?”

Abangku sedikit menceritakan masa masanya bertemu pertama kali dengan  istrinya kini. Antara sungkan nya seorang lelaki dan keharusan bertindak duluan sebagai penentu sikap setelah perkenalan. “tapi jangan menganggap musuh dan seolah tidak pernah berhubungan sebelumnya dengan orang yang  gak berkenan dihatimu dek,, ingat bagaimanapun, dia dan mereka adalah saudara jauh kita..” pesannya
“abang masih tidak mengerti kah sama sikap adek mu yang satu ini..?”
“’abang Cuma ngingetin dek,, mana tau udah berubah skarang sikap nya..” candanya,,

Dan sejak saat itu, no telfonnya hanya sebagai pelengkap phonebook hapeq. Ketika kegiatan2 tertentu saja seperti ied n ramadhan no itu terkirim pesan.
Yang pasti sampai saat ini aku tidak pernah mendapatkan massage or telfon dari nama itu yang ditujukan kepadaku.

Akhirnya aku mengerti perasaannya saat itu, aku turut bersedih kepadamu wahai kenalanku. Betapa posisimu begitu susah dan menderita, dihantui dilemma dan kesedihan yang mendalam.. rasa bersalah 2 sisi yang engkau emban sendiri. Tapi aku turut bahagia.. kini engkau telah mendapatkan apa yang engkau inginkan.. menikah dengan wanita pilihan mu sendiri. J semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah. Andai engkau berterus terang saat itu, tidak perlu terjadi kesalahpahaman diantara kita. J

*búngÖng pădé*
Surabaya, 21 agustus 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Tinggalkan pesan ya, , :)