Jumat, 19 Agustus 2011

Cappucino dan Perenungan


Segelas kopi di sore hari. Hm,,, lumayan menyegarkan hari yang sudah sangat melelahkan hari ini.
Gelas ini, masih dengan gelas yang sama seperti di samping jendela sudut kamar itu. Jendela besar di sebuah sudut kamar yang sangat aku cintai,.
Ingin rasanya menikmati secangkir kopi sore hari di samping jendela sudut kamar itu lagi, menikmati matahari yang mulai terbenam. Berwarna orange dan bulat besar, angin sepoi2 tak lupa berhembus dari jendela dan pintu kamar. suasana paling damai dan paling indah di tengah kesibukan jadwal kuliah dan kegiatan kampus. Dan,, alasan pemilihan gelas ini hari ini pun hanya karena ingin menikmati secuplik potongan indah yang pernah terulang, yang tersimpan rapat di pikiran, yang tersimpan dalam secangkir cappuccino :D. walaupun dengan suasana yang berbeda dan kota yang berbeda.
Hm… kangen dengan kamarq yang itu,.,, aq tak pernah bosan berada disamping jendela nya.. dan membuka nya agar udara selalu menyapa wajahku, walaupun itu tengah malam sekalipun.  Dy yang menemaniku melewati malam berubah menjadi pagi, siang menjadi sore, sampai saat2 tak tidur sekalipun,,, tetap berada di sampingnya. Saat ketika tidak bisa kemanapun karna baru kluar dari rumah sakit pun kulewati di samping jendela itu.. melakukan aktivitas dan menulis berpuluh2 puisi disampingnya, menetaskan airmata dan tertawa ceria. Tetapi kita memang harus melepas semua yang kita anggap indah. Karena untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, selalu ada hal yang kita korbankan, walaupun tak pernah kita inginkan. Dan kita tak mungkin memiliki hal yang kita senangi selamanya. Bukan kah seperti itulah hidup ?? (*walau kadang tidak bisa diterima dengan lapang dada).

N Now,, Here I am.. sebuah kota yang baru,, dan pasti nya, kamar yang baru, yang tak sama dengan kamar berjendela besarku dulu. Tak ada lagi udara segar yang berhembus lewat sela sela jendela dan pintu kamar. Tak ada lagi sunset indah bulat besar berwarna orange yang menenangkan jiwa. Aq kangen.
“Sluuurrrppp” secangkir cappuccino kini terseruput lembut kedalam mulutku. Hangat… semoga bisa menghangatkan diri yang kelelahan praktek hari ini.
Praktek.. mengingat kata ini.. aq teringat akan blog seseorang DM ataulah Dokter.. yang pastinya seorang tenaga kesehatan, teman seprofesi. Dibeberapa tulisannya (yang entah isinya itu penyemangat bagi kaum dokter atau sebuah keluhan pribadi, atau sebuah bentuk kekecewaan yang entah kepada siapa)  dy menyinggung tentang kompetensi yang tak selesai2  bagi para tenaga kesehatan. dy berpendapat bahwa seorang dokter yang telah melewati ujian penyaringan yang tersulit untuk bisa masuk fakultas kedokteran masih harus melewati berbagai ujian kompetensi untuk membuktikan bahwa lulus dari fakultas dengan ujian masuk tersulit dianggap tidak berkompetensi. Hm,.. cobalah berfikir wahai saudara seprofesiq… apakah kita berhak menganggap seperti itu? Kita adalah profesi kesehatan, profesi yang paling dipentingkan di bidang social kemasyarakatan. Adanya ujian tersebut adalah langkah pembuktian bahwa betapa tenaga tenaga kesehatan di Indonesia ini adalah tenaga tenaga kesehatan yang layak pakai layaknya tenaga kesehatan yang berada di luar negri sana. Sehingga pasien2 tersebut tidak lagi ragu akan kemampuan kita.
Tidak kah kau lupa? Berapa banyak diluar sana yang membutuhkan uluran tangan kita sebagai petugas kesehatan untuk kesembuhan mereka. Memang, kita bukan tuhan. Dan jangan pernah bertindak bagai Tuhan walaupun kita sangat dibuutuhkan.  Kita adalah manusia biasa,, yah.,, hanya biasa,, yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan sedikit lebih dan istimewa dibanding masyarakat biasa. Tetapi karena sedikit itulah kita dituntut seperfect mungkin,  karena kita manusia lah, kita bekerja dalam team dan tidak individu.
Lalu, mengapa masih banyak saja tenaga kesehatan yang berperang melawan tenaga kesehatan lain padahal seharusnya mereka satu team? Kenapa masih ada saja yang menganggap dirinya paling besar sedangkan level ilmu dan strata bangku perkuliahan yang mereka tempuh tidak ada bedanya?  Bukankah kita sama sama tau bahwa kita ini manusia yang tidak pernah alpa akan salah?? Yang harus diingatkan seseorang untuk meminimalkan kesalahan itu??
Lupakah kita? Target pelayanan kita adalah kesembuhan pasien. Target menuntut ilmu kita adalah bagaimana membuat pasien sembuh dan memiliki kualitas hidup tinggi? L a l u . . . jika kita sibuk berperang siapa yang hebat dan ter-atas diantara sesama, kapankah sang target itu akan tercapai?
Saat kita sibuk mempertahankan ke-egoannya kita dan kehebatan kita tanpa data penelitian ilmiah yang kuat, siapakah yang paling dirugikan? Lalu, Apakah kita dewa? Yang tak pernah salah?
Dan apakah kita adalah lautan ilmu? Lautan informasi? Lautan kebenaran itu sendiri?? (*mari kita renungkan sendiri)
Kesembuhan pasien?? Kalau ego dan merasa paling benar itu masih melekat.. sungguh menyedihkan pasien ini… karna dy ditangani oleh sekelompok tenaga kesehatan yang lebih sakit dari pada dia. S a k I t  j I w a !!
Sadarkah kita (*kata “Tahu” saya hapuskan karena pasti semua sudah tau diluar kepala) bahwa pasien membutuhkan tenaga kesehatan yang bijaksana, yang mau benar2 memperjuangkan kesehatannya dengan pelayanan maksimal, optimal dan biaya minimal (tidak bisa dipungkiri semua kita adalah begini).
Memilih masuk ke dunia kesehatan adalah langkah awal dimana kamu HARUS sudah mulai belajar hidup bijaksana dan berpikiran terbuka.

“sluurrrpp” tenggakan kopi terakhir ini menutup istirahat sore hari. Begitu pula dengan catatan sederhana ini, semoga makin hari kita semakin bijaksana kawan. J
*búngÖng pădé*`1

Jum’at, 19 agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Tinggalkan pesan ya, , :)